Bab 1: Paris yang Retak

Paris di musim dingin, 2004. Hujan tak henti menghantam atap kantor pusat polisi kriminal di 36 Quai des Orfèvres. Di lorong-lorong kusam yang dipenuhi aroma kopi basi dan rokok murahan, dua pria berseragam berpangkat tinggi melangkah dengan arah yang saling berseberangan: Léo Vrinks, karismatik, keras kepala, dan disegani, serta Denis Klein, dingin, ambisius, dan penuh perhitungan.

Mereka bukan hanya rival dalam karier—mereka adalah dua dunia yang tak bisa berdamai. Dan malam ini, keduanya mengejar hal yang sama: promosi menjadi kepala Brigade Criminelle.

Bab 2: Tiga Perampok dan Satu Peluang

Tiga perampokan bersenjata brutal menimpa truk uang di pinggiran Paris. Pelakunya selalu lolos, kejam, dan tidak meninggalkan jejak. Komando pusat resah. Media mendesak polisi menunjukkan hasil. Kepala Divisi memberi ultimatum: siapa pun yang menangkap geng ini akan mendapatkan jabatan puncak. Léo dan Klein melihat ini sebagai kesempatan terakhir—dan keduanya akan melangkah sejauh apa pun.

Bab 3: Léo dan Dunia Abu-Abu

Vrinks tahu permainan jalanan. Ia mendekati informan-informan lamanya—termasuk Eddy Valence, eks-napi yang setia padanya. Dengan timnya yang setia namun kasar, Léo menempuh jalur abu-abu: sedikit suap, banyak intuisi, dan sesekali mengabaikan prosedur. Istrinya, Camille, juga detektif, mulai merasakan bahwa pria yang ia cintai mulai berubah. Tapi Paris tidak memberi ruang untuk nurani.

Bab 4: Klein, Bayangan Kekuasaan

Klein memilih cara berbeda. Ia menyusupkan pengkhianat dalam tim Léo, memanipulasi bukti, dan memainkan peran polisi ideal di mata atasannya. Tapi di balik jas rapi dan ucapan diplomatis, Klein menyimpan luka lama—ayah yang dibunuh oleh kriminal, ambisi yang dibangun dari kehilangan. Dia tak peduli siapa yang hancur di jalan menuju jabatan.

Bab 5: Pengkhianatan

Léo berhasil menemukan lokasi persembunyian para perampok. Tapi ketika penggerebekan dilakukan, terjadi kekacauan—seseorang menembak tanpa perintah. Seorang tersangka mati, dan bukti hilang. Di tengah kekacauan itu, Klein memanfaatkan celah: ia mengarahkan penyelidikan internal ke Léo, memalsukan laporan, dan mengatur saksi untuk menjebaknya.

Léo ditangkap.

Bab 6: Tujuh Tahun Kemudian

Penjara bukan tempat bagi orang seperti Léo. Tapi dia bertahan. Bertahan untuk satu hal: balas dendam. Saat ia bebas, Paris sudah berubah. Tapi dendam adalah kompas yang tak pernah pudar. Ia mulai menelusuri kembali jaringan lama, satu per satu, dalam diam, dingin, dan tanpa ampun.

Bab 7: Noir Berbalas Noir

Klein kini duduk di kursi kekuasaan. Tapi bayangan Léo menghantui setiap sudut kantornya. Camille, yang dahulu memilih pergi demi menyelamatkan jiwanya sendiri, kembali—bukan sebagai istri, tapi sebagai saksi dari perang dua bayang-bayang lama.

Konfrontasi terakhir tak terjadi dalam baku tembak, melainkan dalam percakapan dingin di atap gedung yang diguyur hujan. Dua pria yang dahulu bersahabat kini hanya saling mengenali dari luka yang mereka ciptakan satu sama lain.

Epilog: 36 Quai des Orfèvres

Di koridor markas polisi yang legendaris, nama mereka terukir—bukan sebagai pahlawan, melainkan sebagai legenda kelam. Paris tetap bergerak, kejahatan tetap ada. Tapi cerita Léo dan Klein hidup di antara bisik-bisik, sebagai kisah tentang moral yang mengelupas, dan tentang bayangan yang lebih tajam dari cahaya.