Fate: “a belly-laugh on Olympus”
Para dewa, seperti kebanyakan pelawak praktis lainnya, memiliki kebiasaan mengulang-ulang ucapan mereka terlalu sering
Para dewa, seperti kebanyakan pelawak lainnya, punya kebiasaan mengulang-ulang ucapan mereka terlalu sering. Manusia, bisa dikatakan, telah belajar untuk mengharapkan seember air di atas kepalanya. Ia mungkin mencoba menghindar, tetapi ketika, seperti biasa, ia basah, ia lebih peduli dengan topi barunya daripada ironi takdir. Ia telah kehilangan kemampuan untuk bertanya-tanya.
Jeritan tersiksa dari tragedi besar telah berubah menjadi gerutuan pemarah. Namun masih ada satu jebakan kecil dalam repertoar yang, saya duga, tidak pernah gagal untuk memancing tawa terbahak-bahak di Olympus. Bagaimanapun, saya menyerah padanya dengan teratur. Inti dari lelucon itu adalah ilusi; ilusi bahwa kemandulan emosional yang sederhana, kelumpuhan mental parsial yang datang bersama cahaya pagi, sebenarnya adalah kewarasan.
– Eric Ambler, ‘Cause For Alarm’, London, 1938. Ambler, seorang penulis Inggris, menulis novel sumber untuk film noir Journey Into Fear (1943) dan The Mask of Dimitrios (1944).